MUSEUM PERKEMBANGAN ISLAM di JAWA TENGAH
Museun perkembangan Islam Jawa Tengah merupakan sebuah museum yang mencatat perkembangan agama Islam di Jawa Tengah serta menyimpan barang-barang peninggalan sejarah selama penyebaran agama Islam di Jawa Tengah.
Jam layanan Museum Perkembangan Islam ini pada hari Selasa sampai minggu pukul 08.00 – 15.00. Hari Senin libur. Tarif masuk museum ini Rp. 5000 per orang.
LOKASI
Museum perkembangan Islam Jawa Tengah berada di komplek Masjid Agung Jawa Tengah, tepatnya di lantai 2 dan 3 Menara Al Husna.
GALERI FOTO
Museum yang berada di dalam Menara Al husna tepatnya di lantai dua dan tiga ini memberikan penjelasan bagaimana agama islam dapat masuk dan berkembang di Jawa Tengah dan sekitarnya. Koleksi benda-benda museum akan mengajak Anda lebih mengenal perkembangan islam di sekitar wilayah Jawa Tengah.
Pada Lantai tiga Museum memberikan penjelasan tentang perjalanan bagaimana Masjid Agung Jawa Tengah dibangun. Ada juga senjata yang di gunakan para ulama saat menyebarkan agama islam di Jawa Tengah. Potongan surat ayat suci Al-Quran menjadi bagian dari beberapa koleksi yang dipunyai museum ini.
Proses penyebaran islam yang dilukis dengan coretan indah mewakili koleksi benda-benda koleksi Museum Perkembangan Islam di lantai dua. Artefak, wayang yang biasa digunakan untuk menyebarkan agama islam juga dipajang pada sisi bagian museum. Miniatur masjid-masjid yang ada di Jawa Tengah juga menghiasi isi ruangan museum. Miniatur Masjid Demak serta Masjid Kudus akan menemani perjalanan Anda selama mengelilingi Museum ini.
Koleksi benda-benda bersejarah pada museum ditata berdasarkan alur
cerita yang menggambarkan sejarah perkembangan Islam di Jawa Tengah yang
mencakup 5 periode. Pertama Raden Patah sebagai peletak dasar Kerajaan
Islam Demak menandai perkembangan awal Islam di Jawa Tengah. Kedua
pesantren memegang peranan penting sebagai tempat melanjutkan proses
Islamisasi di Jawa Tengah. Ketiga perkembangan Islam di wilayah
pedalaman Jawa Tengah menghasilkan dialog Islam dengan budaya lokal.
Keempat memasuki era kolonialisme dunia pesantren mengisolir diri dari
kekuasaan penjajah dengan sikap non kooperatif. Dan yang kelima dunia
modern terdapat kebutuhan untuk meningkatkan fasilitas peribadatan yang
representatif antara lain pengembangan Masjid Agung Jawa Tengah.
Sesuai alur cerita tadi, koleksi ditampilkan pada dua ruangan dan dibedakan menjadi 5 jenis yaitu artefak/realita, replika, naskah, tradisi, dan foto-foto pendukung
Salah satu benda koleksi yang dipamerkan pada lantai 2 ini adalah Duplikat Lawang Bledheg. Duplikat daun pintu ini bermotif Bledheg Sinengker yang diyakini sebagai karya Ki Ageng Sela. Lawang Bledheg ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Benda asli Lawang Bledheg berada di Masjid Agung Demak.
Menara Asmaul Husna |
KOLEKSI
Museum ini menyimpan berbagai koleksi antara lain; artefak-artefak seperti Iluminasi Al Qur’An, Wayang golek Menak, Wayang Sadat, Gayor Masjid Sunan Muria, Gamelan, Ornamen Dua Sisi, Ornamen Masjid Mantingan, Keramik, Koleksi peninggalan Islam Awal, Artefak Kapal dagang, Miniatur menara Kudus.
GALERI FOTO
TENTANG MUSEUM
Bila Anda ingin melihat rekam jejak Perkembangan agama islam yang terjadi di Indonesia, khususnya daerah Jawa Tengah, maka Museum Perkembangan Islam yang ada di Semarang, Jawa Tengah layak Anda kunjungi. Museum yang terletak satu kawasan dengan masjid Agung Jawa Tengah ini menyimpan benda-benda koleksi yang berhubungan dengan perjalanan islam di tanah Jawa.
Museum yang berada di dalam Menara Al husna tepatnya di lantai dua dan tiga ini memberikan penjelasan bagaimana agama islam dapat masuk dan berkembang di Jawa Tengah dan sekitarnya. Koleksi benda-benda museum akan mengajak Anda lebih mengenal perkembangan islam di sekitar wilayah Jawa Tengah.
Pada Lantai tiga Museum memberikan penjelasan tentang perjalanan bagaimana Masjid Agung Jawa Tengah dibangun. Ada juga senjata yang di gunakan para ulama saat menyebarkan agama islam di Jawa Tengah. Potongan surat ayat suci Al-Quran menjadi bagian dari beberapa koleksi yang dipunyai museum ini.
Proses penyebaran islam yang dilukis dengan coretan indah mewakili koleksi benda-benda koleksi Museum Perkembangan Islam di lantai dua. Artefak, wayang yang biasa digunakan untuk menyebarkan agama islam juga dipajang pada sisi bagian museum. Miniatur masjid-masjid yang ada di Jawa Tengah juga menghiasi isi ruangan museum. Miniatur Masjid Demak serta Masjid Kudus akan menemani perjalanan Anda selama mengelilingi Museum ini.
Memasuki Museum
Untuk memasuki museum Anda harus menggunakan lift yang terdapat di menara Asmaul Husna, dan jika Anda telah memasuki lift menara Asmaul Husna, Anda dipandu oleh seorang pemandu yang ramah. yang akan menjelaskan tentang seluk-beluk Menara Al Husna dan Museum Perkembangan Islam di Jawa Tengah. Memasuki lift hanya dibatasi paling banyak 10 orang. Fasilitas yang ada di Menara Al Husna ada toilet, ruang berAC, dan pada lantai 18 terdapat restoran yang dapat berputar sehingga pengunjung restoran dapat menikmati pemandangan berganti-ganti. Di lantai ini Anda bisa melihat pemandangan kota Semarang dari atas Menara Al Husna. Ada juga fasilitas teropong dengan tarif Rp 1.500,00 per menit, dengan teropong ini Anda dapat melihat pemandangan meskipun dari atas menara terlihat seperti di depan mata.
Pemandangan Kota Semarang dari atas Menara Asmaul Husna |
Sesuai alur cerita tadi, koleksi ditampilkan pada dua ruangan dan dibedakan menjadi 5 jenis yaitu artefak/realita, replika, naskah, tradisi, dan foto-foto pendukung
- Lantai 2
Salah satu benda koleksi yang dipamerkan pada lantai 2 ini adalah Duplikat Lawang Bledheg. Duplikat daun pintu ini bermotif Bledheg Sinengker yang diyakini sebagai karya Ki Ageng Sela. Lawang Bledheg ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Benda asli Lawang Bledheg berada di Masjid Agung Demak.
Lawang Bledheg |
Pesantren sebagai salah satu pusat untuk menimba ilmu agama banyak
tersebar di wilayah Jawa Tengah. Hal ini memberi andil besar dalam
perkembangan Islam di Jawa Tengah. Menuntut ilmu agama pada awal abad XX
menjadi cikal bakal berdirinya pondok pesantren.
Belajar Ilmu Agama Sebagai Cikal Bakal Pesantren |
Adanya larangan dalam ajaran Islam untuk menggambarkan makhluk hidup
secara alami menyebabkan terjadinya peralihan pola di dalam tradisi seni
ukir dari gambar alami ke bentuk penyamaran stilistik yang berbentuk
ornamen flora berbentuk sulur, akar, daun, dan ranting yang merambat.
Sebelah kiri karya Seni Pra Islam dan sebelah kanan setelah Islam masuk |
Wayang sebagai salah satu sarana pengajaran Agama Islam juga terdapat di
sini. Selain wayang kulit juga ada wayang golek menak. Wayang golek ini
dirancang oleh R. Ng. Yasadipura I yang digunakan sebagai salah satu
media siar Islam. Wayang ini mengisahkan perjuangan Amir Hamzah
memerangi kaum kafir. Tokoh Jayengrana merupakan penggambaran Hamzah
paman nabi Muhammad S.A.W.
Wayang Golek media penyebaran agama Islam |
- Lantai 3
Al Quran yang disadur dengan huruf jawa |
Koleksi yang lain adalah surat ditulis dengan huruf Arab pegon oleh Kyai
Rifai pada saat berada di pengungsian. Surat ini ditujukan kepada
santrinya. Koleksi surat ini diperoleh dari ahli waris Kyai Rifai di
Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Surat di tulis dengan huruf arab pegon |
Baik lantai 2 maupun 3 terdapat informasi yang dapat diperoleh
pengunjung dengan hanya menyentuh layar komputer. Pengunjung dapat
memilih sendiri informasi yang diinginkan. Selain itu juga ada ruang
multimedia di mana pengunjung dapat melihat film dokumenter tentang
perkembangan Islam di Jawa Tengah.