Twitter

WISATA SEJARAH ( Museum Perkembangan Islam di Jawa Tengah ) KOTA SEMARANG

Author Sulastri - -
Home » WISATA SEJARAH ( Museum Perkembangan Islam di Jawa Tengah ) KOTA SEMARANG





MUSEUM PERKEMBANGAN ISLAM di JAWA TENGAH

Pengunjung museum 

Museun perkembangan Islam Jawa Tengah merupakan sebuah museum yang mencatat perkembangan agama Islam di Jawa Tengah serta menyimpan barang-barang peninggalan sejarah selama penyebaran agama Islam di Jawa Tengah.

Jam layanan Museum Perkembangan Islam ini pada hari Selasa sampai minggu pukul 08.00 – 15.00. Hari Senin libur. Tarif masuk museum ini Rp. 5000 per orang.

LOKASI

 

Museum perkembangan Islam Jawa Tengah berada di komplek Masjid Agung Jawa Tengah, tepatnya di lantai 2 dan 3 Menara Al Husna.
Gambar
Menara Asmaul Husna

KOLEKSI

 

Museum ini menyimpan berbagai koleksi antara lain; artefak-artefak seperti Iluminasi Al Qur’An, Wayang golek Menak, Wayang Sadat, Gayor Masjid Sunan Muria, Gamelan, Ornamen Dua Sisi, Ornamen Masjid Mantingan, Keramik, Koleksi peninggalan Islam Awal, Artefak Kapal dagang, Miniatur menara Kudus.

GALERI FOTO 

  Artefak kapal dagangGamelanGayor Masjid Sunan MuriaKeramikKitab Kitab Karya KH Ahmad RifaiMiniatur menara kudusNaskah babad jawiOrnamen dua sisiPakaian para santriPedangRempah rempah

TENTANG MUSEUM

 

Bila Anda ingin melihat rekam jejak Perkembangan agama islam yang terjadi di Indonesia, khususnya daerah Jawa Tengah, maka Museum Perkembangan Islam yang ada di Semarang, Jawa Tengah layak Anda kunjungi. Museum yang terletak satu kawasan dengan masjid Agung Jawa Tengah ini menyimpan benda-benda koleksi yang berhubungan dengan perjalanan islam di tanah Jawa.

Museum yang berada di dalam Menara Al husna tepatnya di lantai dua dan tiga ini memberikan penjelasan bagaimana agama islam dapat masuk dan berkembang di Jawa Tengah dan sekitarnya. Koleksi benda-benda museum akan mengajak Anda lebih mengenal perkembangan islam di sekitar wilayah Jawa Tengah.

Pada Lantai tiga Museum memberikan penjelasan tentang perjalanan bagaimana Masjid Agung Jawa Tengah dibangun. Ada juga senjata yang di gunakan para ulama saat menyebarkan agama islam di Jawa Tengah. Potongan surat ayat suci Al-Quran menjadi bagian dari beberapa koleksi yang dipunyai museum ini.

Proses penyebaran islam yang dilukis dengan coretan indah mewakili koleksi benda-benda koleksi Museum Perkembangan Islam di lantai dua. Artefak, wayang yang biasa digunakan untuk menyebarkan agama islam juga dipajang pada sisi bagian museum. Miniatur masjid-masjid yang ada di Jawa Tengah juga menghiasi isi ruangan museum. Miniatur Masjid Demak serta Masjid Kudus akan menemani perjalanan Anda selama mengelilingi Museum ini.

Memasuki Museum

 

Untuk memasuki museum Anda harus menggunakan lift yang terdapat di menara Asmaul Husna, dan jika Anda telah memasuki lift menara Asmaul Husna, Anda dipandu oleh seorang pemandu yang ramah. yang akan menjelaskan tentang seluk-beluk Menara Al Husna dan Museum Perkembangan Islam di Jawa Tengah. Memasuki lift hanya dibatasi paling banyak 10 orang. Fasilitas yang ada di Menara Al Husna ada toilet, ruang berAC, dan pada lantai 18 terdapat restoran yang dapat berputar sehingga pengunjung restoran dapat menikmati pemandangan berganti-ganti. Di lantai ini Anda bisa melihat pemandangan kota Semarang dari atas Menara Al Husna. Ada juga fasilitas teropong dengan tarif Rp 1.500,00 per menit, dengan teropong ini Anda dapat melihat pemandangan meskipun dari atas menara terlihat seperti di depan mata.
Pemandangan kota Semarang dari atas Menara Al Husna
Pemandangan Kota Semarang dari atas Menara Asmaul Husna

Koleksi benda-benda bersejarah pada museum ditata berdasarkan alur cerita yang menggambarkan sejarah perkembangan Islam di Jawa Tengah yang mencakup 5 periode. Pertama Raden Patah sebagai peletak dasar Kerajaan Islam Demak menandai perkembangan awal Islam di Jawa Tengah. Kedua pesantren memegang peranan penting sebagai tempat melanjutkan proses Islamisasi di Jawa Tengah. Ketiga perkembangan Islam di wilayah pedalaman Jawa Tengah menghasilkan dialog Islam dengan budaya lokal. Keempat memasuki era kolonialisme dunia pesantren mengisolir diri dari kekuasaan penjajah dengan sikap non kooperatif. Dan yang kelima dunia modern terdapat kebutuhan untuk meningkatkan fasilitas peribadatan yang representatif antara lain pengembangan Masjid Agung Jawa Tengah.

Sesuai alur cerita tadi, koleksi ditampilkan pada dua ruangan dan dibedakan menjadi 5 jenis yaitu artefak/realita, replika, naskah, tradisi, dan foto-foto pendukung

  • Lantai 2
Koleksi-koleksi yang ditampilkan bercerita tentang awal perkembangan Islam di Jawa Tengah sampai dengan terjadinya dialog antara Islam dengan budaya lokal. Pelabuhan di kawasan pesisir utara Jawa Tengah adalah tempat kali pertama berinteraksinya pedagang muslim dari Gujarat, Persia, dan China dengan penduduk lokal. Berbagai macam komoditas seperti sutera dan keramik dibawa oleh para pedagang asing masuk ke wilayah Nusantara. Sambil berdagang mereka menyebarkan ajaran Islam.

Salah satu benda koleksi yang dipamerkan pada lantai 2 ini adalah Duplikat Lawang Bledheg. Duplikat daun pintu ini bermotif Bledheg Sinengker yang diyakini sebagai karya Ki Ageng Sela. Lawang Bledheg ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Benda asli Lawang Bledheg berada di Masjid Agung Demak.
Lawang Bledheg
Lawang Bledheg
Pesantren sebagai salah satu pusat untuk menimba ilmu agama banyak tersebar di wilayah Jawa Tengah. Hal ini memberi andil besar dalam perkembangan Islam di Jawa Tengah. Menuntut ilmu agama pada awal abad XX menjadi cikal bakal berdirinya pondok pesantren.
Belajar ilmu agama sebagai cikal bakal pesantren
Belajar Ilmu Agama Sebagai Cikal Bakal Pesantren
Adanya larangan dalam ajaran Islam untuk menggambarkan makhluk hidup secara alami menyebabkan terjadinya peralihan pola di dalam tradisi seni ukir dari gambar alami ke bentuk penyamaran stilistik yang berbentuk ornamen flora berbentuk sulur, akar, daun, dan ranting yang merambat.
Sebelah kiri karya seni pra Islam dan sebelah kanan setelah Islam masuk
Sebelah kiri karya Seni Pra Islam dan sebelah kanan setelah Islam masuk
Wayang sebagai salah satu sarana pengajaran Agama Islam juga terdapat di sini. Selain wayang kulit juga ada wayang golek menak. Wayang golek ini dirancang oleh R. Ng. Yasadipura I yang digunakan sebagai salah satu media siar Islam. Wayang ini mengisahkan perjuangan Amir Hamzah memerangi kaum kafir. Tokoh Jayengrana merupakan penggambaran Hamzah paman nabi Muhammad S.A.W.
Wayang golek media penyebaran agama Islam
Wayang Golek media penyebaran agama Islam

  • Lantai 3
Pada lantai 3 menampilkan koleksi-koleksi budaya pesantren sampai dengan berdirinya Masjid Agung Jawa Tengah. Koleksi pada lantai 3 antara lain Qur’an yang disadur dengan aksara Jawa pada tahun 1835 oleh Agus Ngarpah seorang abdi dalem Kraton Surakarta. Qur’an ini terdiri dari 3 jilid yang disadur selama 70 tahun (1835 – 1905).
Al Quran yang disadur dengan aksara (huruf) Jawa
Al Quran yang disadur dengan huruf jawa
 Koleksi yang lain adalah surat ditulis dengan huruf Arab pegon oleh Kyai Rifai pada saat berada di pengungsian. Surat ini ditujukan kepada santrinya. Koleksi surat ini diperoleh dari ahli waris Kyai Rifai di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Surat ditulus dengan huruf Arab Pegon
Surat di tulis dengan huruf arab pegon
Baik lantai 2 maupun 3 terdapat informasi yang dapat diperoleh pengunjung dengan hanya menyentuh layar komputer. Pengunjung dapat memilih sendiri informasi yang diinginkan. Selain itu juga ada ruang multimedia di mana pengunjung dapat melihat film dokumenter tentang perkembangan Islam di Jawa Tengah.