Twitter

WISATA RELIGI ( Masjid Kauman ) KOTA SEMARANG

Author Sulastri - -
Home » WISATA RELIGI ( Masjid Kauman ) KOTA SEMARANG

Wisata religi selanjuntya setelah Masjid Agung Jawa Tengah yaitu Masjid Kauman Kota semarang
Tetap lanjutkan membacanya ya para pecinta Wisata :-)
Salam wisata :-)

Masjid Kauman Kota Semarang
Masjid Kauman termasuk dalam daftar masjid tua di tanah Jawa. Letaknya berdekatan dengan Pasar Johar, Kota Semarang. Dahulu,  kompleks ini merupakan alun-alun tempat berkumpul warga Kota Semarang. Hingga saat ini, bangunan Masjid Kauman tetap berdiri kokoh meskipun lingkungan jalan di sekitarnya telah padat dengan kios, pedagang kaki lima, dan tempat angkot menunggu penumpang.
Masjid Kauman dengan latar depan alun alun kota semarang

SEJARAH MASJID KAUMAN


Menurut inskripsi berbahasa dan berhuruf jawa yang terpatri di batu marmer tembok bagian dalam gerbang masuk ke Masjid Besar Kauman Kota Semarang, masjid ini dibangun pada tahun 1170 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1749M. lengkapnya inskripsi tersebut berbunyi seperti berikut :

“Pemut kala penjenengane Kanjeng Tuwan Nikolas Harting hedelir gopennar serta sarta Direktur hing tanah Jawi gennipun kangjeng Kyahi Dipati Suradimanggala hayasa sahega dadosse masjid puniki kala Hijrat 1170”
Prasasti di gapura masjid kauman
Dalam bahasa Indonesia nya :

“Tanda peringatan ketika kanjeng Tuan Nicoolass Hartingh, Gubernur serta Direktur tanah Jawa pada saat Kanjeng Kyai Adipati Suramanggala membangun hingga jadinya masjid ini pada tahun 1170 Hijrah”

Tuan Nicoolass Hartingh sendiri seperti yang disebutkan dalam inskripsi tersebut adalah tokoh utama penggerak lahirnya perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang memecah wilayah Kesultanan Mataram atau dikenal dengan Palihan Nagari menjadi wilayah kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat berpusat di Yokyakarta dan Kasunanan Surakarta. Atas upayanya Nicoolas Hartingh kemudian dihadiahi rumah dinas oleh pemerintah penjajahan Belanda (VOC) di daerah tugu muda dengan nama De Vredestein atau Wisma Perdamaian.
Masjid Kauman Tahun  1953
Masjid Besar Kauman Kota Semarang ini yang kini masih berdiri kokoh adalah bangunan yang didirikan oleh Adipati Suradimanggala (Kiai Terboyo) menggantikan masjid lama yang rusak parah akibat kebakaran selama geger pecinan di Kota Semarang tahun 1741. Lokasi masjid lama ini berada di sebelah timur alun alun diseberang barat kali Kota Semarang. Masjid tua ini pernah dipugar pada masa penjajahan, pada tahun 1889 sampai 1904 dikarenakan pernah terjadi kebakaran pada masjid tersebut. Pada waktu pemugaran Masjid Kauman ditangani seorang arsitek Belanda bernama Gakampiyan

ARSITEKTUR MASJID KAUMAN


Arsitektur Masjid Besar Kauman Kota Semarang ini sering disebut dengan konsep tektonika. Sistem yang mirip dengan struktur tumpang pada bangunan tumpang berpenyangga berpilar lima pada bangunan bangunan pra Islam di tanah Jawa. Menurut Ir. Totok Roesmanto, diterapkannya sistem tektonik dalam pembangunan Masjid Besar Kauman Kota Semarang ini bukan menggunakan soko guru layaknya Masjid Agung Demak, menunjukkan ketidakmampuan ahli bangunan Belanda pada masa itu mencerna aplikasi sistem konstruksi brunjung empyak pada bangunan tajuk tradisional.

Penggunaan sistem tektonik ini mengarah kepada struktur bangunan yang rigid. Empat sokoguru digantikan dengan pilar pilar bata penopang rangkaian pilar dan balok kayu di atasnya. Pada rangkaian bangunan ini juga dikenal sistem dhingklik yang menopang pilar pilar balok kayu yang lebih kecil di atasnya dan bntuk bangunan itu dan seterusnya.

Interior Masjid Kauman
Dari tahun pendirian Masjid Besar Kauman Kota Semarang ini, menjadikan Masjid Kauman Kota Semarang sebagai masjid pertama di Jawa yang bercitra tradisional, namun menggunakan konstruksi modern. Karya demikian dikenal dengan sebutan arsitektur masjid modern tradisionalistik.

Secara keseluruhan masjid kauman ini mencirikan bangunan tradisional Jawa. Dengan atap limas besusun tiga yang mempunyai arti filosofi Iman, Islam, dan Ikhsan. Bentuknya seperti bangunan Majapahit, disokong 36 pilar. Tajug paling bawah menaungi tempat ibadah, tajug kedua lebih kecil, dan tajug tertinggi berbentuk limas. Limas tersebut berhias mustika, sementara pintunya dari rangkaian daun waru. Semua tajug ini ditopang kayu jati. Ciri khas yang mengacu pada tradisi Arab atau Persia. Ornamen seperti ini hampir serupa pada Masjid Agung Demak.

Pada bagian utama masjid, yaitu ruang salat, hanya diperbolehkan bagi muslim laki-laki. Di sini berdiri seperti singgasana nan megah, kursi mimbar tempat khotbah. Ukiran kayu mimbar ini tampak rumit. Lengkungan-lengkungannya indah. Pahatan halus menunjukkan kelenturan tangan berseni pembuatnya. Di pojok terdapat pula jam bandul kuno yang masih digunakan. Untuk mencapai ruang salat utama, jamaah melewati beberapa pintu di sisi kanan dan kiri (bagi perempuan). Barisan pintu ini pun terbuat dari kayu jati bermotif pahatan kotak-kotak sederhana.

Masjid aslinya sendiri kini cukup sulit untuk dilihat karena sudah tertutup oleh bangunan masjid baru dibagian depan masjid asli ditambah dengan himpitan gedung gedung disekitarnya. Aslinya masjid ini beratap seng, kini sudah diganti dengan genteng beton. Sebuah menara yang cukup tinggi juga sudah menjadi pelengkap bagi Masjid Besar Kauman Semarang ini. Tampakan depan nya sudah jauh lebih modern tanpa kehilangan keaslian bangunan aslinya
Menara Masjid Kauman 

TRADISI DI MASJID KAUMAN SELAMA BULAN RAMADHAN


Selama bulan ramadhan di Masjid Kauman, usai shalat dzuhur hingga menjelang ashar, selalu dipenuhi banyak orang. Mereka mendengarkan pengajian Al Qur'an yang dipimpin oleh seorang ulama yang mampu menghafal Al Qur'an di luar kepala atau dikenal dengan sebutan Al Hafiz.
Pengajian Al-quran
Sepanjang sejarah, Masjid Kauman selalu ramai dikunjungi oleh umat muslim dari berbagai penjuru, terutama para musafir yang berdagang di Pasar Johar, Semarang. Selama bulan ramadhan usai sholat dzuhur, ratusan umat muslim memadati serambi masjid, guna mengikuti fadillah atau pengajian Al qur'an yang dipimpin oleh Kyai Haji Ahmad Naqib, seorang ulama Semarang, yang mampu menghafal Al Qur'an di luar kepala, atau dikenal dengan sebutan Al Hafiz. Selain hafal Al Qur'an, Al Hafiz juga mampu menafsirkan inti dari setiap kata dan ayat Al Qur'an, yang disampaikan dalam bahasa Jawa.

BEDUG MASJID KAUMAN

Bedug Wulung  Mangunsari

Bedug wulung mangung sari merupakan bedug yang ada di masjid kauman, bedug ini mempunyai keindahan ciri khas tersendiri.




3 Responses so far.